Memelihara Warisan Budaya dan Kebijaksanaan Tradisional

Dalam sebuah kesempatan yang langka, mahasiswa UTM KKN-T kelompok 19 tahun 2023 melakukan wawancara dengan Pak Ach. Baidowi, juru kunci yang telah merawat dan menjaga makam Sayuti sejak beberapa tahun lalu. Makam tersebut dianggap sebagai situs bersejarah yang penting, karena di sana terletak pemakaman seorang tokoh penyebar agama islam pertama di Madura, Syech Sayuti.

Duduk di pelataran makam, Pak Ach. Baidowi bercerita tentang dedikasinya dalam menjaga dan merawat warisan budaya ini. " Istighosah yang dilakukan secara rutin setiap malam jumat, saat maulid, dan haul sekampung pada 21 syawal di makam Syech Sayuti," ujarnya dengan penuh penghormatan.

Selain mengelola kebersihan dan keindahan makam, juru kunci juga berperan sebagai penghubung antara pengunjung dan nilai-nilai sejarah di balik makam ini. "Saya sering berbicara kepada pengunjung yang ingin tahu tentang kehidupan Syech Sayuti. Dibalik tumbuhnya pohon klompong itu berasal dari dari tongkat Syech Sayuti yang ditancapkan dan jika tumbuh satu daun pada pohon tersebut maka beliau dan 5 muridnya akan meninggal. Saya sampaikan kisah-kisah inspiratif dan pesan-pesan bijak yang ditinggalkan beliau," ungkapnya dengan semangat.

Ketika ditanya tentang tantangan terbesar dalam menjalankan tugasnya, Pak Ach Baidowi menyebutkan perubahan zaman dan minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya. "Banyak generasi muda yang kurang tertarik dengan sejarah dan budaya lokal. Menyadarkan mereka akan nilai-nilai ini adalah tantangan yang nyata," paparnya dengan keprihatinan.

Percakapan yang menginspirasi ini mengungkapkan pentingnya peran seorang juru kunci dalam menjaga warisan budaya, serta menekankan perlunya apresiasi yang lebih besar terhadap nilai-nilai sejarah yang tertanam dalam setiap situs bersejarah.